FRAGMEN SAJAK SEORANG GURU
I
Berisik, gaduh.
Diam, dan hening
Pengap
Tekanan udara berbenturan, dan
distraksi.
Kadangkala, bicaraku disambut sunyi, aku kesepian di tengah engkau.
Seringkali, aneka topik menyelip bising barisan meja-kursi.
satu dua yang khidmat mengatakan berisik, katanya
seperti terpelesat di tengah ruing kawanan lebah yang murka.
Sejatinya,
Cuaca menyejuk, menghangat, juga perayaan
Aku dan engkau bertautan dunia, aku mengetuk engkau memberi hak.
II
Persuaan muka denganmu bukan semata tentang huruf, angka, dan kalimat, dan juga tanda tanya.
Atau juga waktu yang ditunggu, diselesaikan dan dilewatkan.
Juga tidak sekedar tentang suara, gemuruh semangat, tanda seru yang bersahutan, aplaus,
atau engkau yang terkantuk-kantuk di pojokan sana.
Denganmu, aku mengajakmu mencuri Kitab, lalu menyimpannya diingatan.
III
Kepadamu yang kerap menghilang tanpa kabar,
lalu muncul dengan wajah cengengesan.
Sini aku beritahu,
Itu sama sekali tidak keren.
Kepadamu yang ku ajak ke Musalah
Namun tak bergeming,
Semoga besok, engkaulah yang melantunkan azan.
IV
Pebruari
Berapa merah di kalender bulan ini?
Tak satupun, setidaknya ahad tetap merah.
“Hei, guru maunya libur!”. Teriak seorang kawan.
Jeda kawan, guru memerlukan.
Sekedar duduk rileks dengan secangkir teh di pagi hari
Dan jam berdetak, tanpa keinginan menyalip waktu sungguh
Seperti bunyi firman:
Fabiayyi alaai rabbikumaa tukazzibaan.
V
Mereka fase bertumbuh, dan gawai merecoki fitrahnya.
Mereka bersamuh zaman yang edan.
Mereka,
Semua, tak terkecuali
Adalah anak-anak emas dan
Kita merawat tunas,
Juga berjihad.
-----------------------------------------------------------------------------------